Masalah Pertama, Hukum Berdoa (Memohon) Kepada Para Wali Dan Orang-orang Shaleh
Daftar isi
Pendahuluan
Masalah pertama dari sifat-sifat jahiliyah adalah mereka Berdoa memohon kepada para wali dan orang-orang shaleh, mereka (ahli jahiliyah) melakukan kesyirikan dengan menyekutukan orang-orang shaleh dalam berdoa kepada Allah dan beribadah kepada-Nya; mereka bermaksud menjadikan para wali dan orang shaleh syafaat (perantaraan) bagi mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara memohon syafa'at kepada para wali agar ibadah mereka sampai kepada alloh, dengan alasan karena para wali dan orang shaleh itu bersih dan dekat kepada alloh sedangkan mereka kotor dan tidak pantas, padahal ini hanya sangkaan mereka yang berlandasan prasangka belaka. Mereka mengira bahwa Allah mencintai hal seperti itu, dan bahwa orang-orang shaleh pun mencintainya juga, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ"Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) manfaat, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah."
_(QS. Yunus: 18)
Dan firman Allah Ta'ala:
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰTerjemahan: "Ingatlah,hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya
_QS. Az-Zumar (39) : Ayat 3
Dalam ayat ini mereka beralasan, tidaklah mereka menjadikan para wali dan orang-orang shaleh itu sebagai pelindung selain alloh dan meminta kepadanya kecuali mereka bermaksud ingin mendekatkan diri kepada alloh dengan sedekat-dekatnya, padahal ini hanyalah sangka'an mereka belaka dan alloh pun tidak memerintahkan hal seperti itu.
Maka inilah masalah paling besar yang mana Rasulullah ﷺ menyelisihi mereka (ahli jahiliyah) pada hal seperti ini. Maka beliau datang dengan (konsep) Al-Ikhlash (memurnikan ibadah kepada Allah), dan mengabarkan bahwa itulah agama Allah, yang mana alloh mengutus semua rasul karenanya, dan bahwa Dia alloh tidak menerima amal kecuali yang murni (ikhlas) untuk-Nya. Beliau juga mengabarkan bahwa barangsiapa melakukan apa yang mereka (ahli jahiliyah) anggap baik, maka sungguh Allah telah mengharamkan Surga baginya, dan tempat kembalinya adalah Neraka.
Inilah masalah yang karenanya manusia terpisah menjadi mukmin dan kafir, karenanya permusuhan terjadi, dan karenanya disyariatkan jihad, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ"Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah (kesyirikan) dan agama itu hanya bagi Allah."
_(QS. Al-Anfal: 39)
Orang Jahiliyah Di Sisi Ibadah Kepada Alloh Tapi Di Sisi Lain Mereka Menyekutukan-Nya
Allah Ta'ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."
_(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Maka ibadah adalah hak Allah Jalla wa 'Ala, tidak boleh disembah bersama-Nya sesuatu apapun selain-Nya, siapapun dia. Akan tetapi, ahli Jahiliyah membalikkan urusan ini. Mereka meninggalkan ibadah kepada Allah yang mana untuk itulah mereka diciptakan, dan mereka menyembah selain Allah Jalla wa 'Ala, seperti berhala-berhala, pepohonan, batu-batu, jin, malaikat, para wali, dan orang-orang shaleh. Mereka memalingkan ibadah kepada selain Allah Azza wa Jalla.
Di antara mereka ada yang tidak menyembah Allah sama sekali, merekalah orang-orang kafir seperti penyembah berhala murni tanpa menyembah alloh dan seperti atheis. Dan di antara mereka ada yang menyembah Allah tetapi juga menyembah selain-Nya, hukumnya sama, orang yang menyembah selain Allah bersamaan dia juga menyembah alloh adalah seperti orang yang tidak menyembah Allah sama sekali, karena ibadahnya batil, dan Allah tidak ridha dengan kesyirikan. Maka dengan itulah mereka di namakan musyrik karena menduakan ibadah kepada alloh dengan selain-Nya.
Segala Sesuatu Yang Berbentuk Ibadah Harus Sesuai Dengan Apa Yang Di Perintahkan-nya
Dan juga, suatu amal harus sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah tidak menerima amal yang di dalamnya terdapat bid'ah (inovasi atau mengada-ngada dalam agama ), sebagaimana Dia tidak menerima amal yang di dalamnya terdapat kesyirikan. Maka sebesar-besar perkara Jahiliyah adalah: Syirik kepada Allah Azza wa Jalla dan bid'ah.
Maka suatu amal tidaklah diterima di sisi Allah ﷻ kecuali apabila memenuhi dua syarat utama: (1) ikhlas karena Allah dan (2) sesuai dengan tuntunan syariat yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ. Jika salah satu dari dua syarat ini gugur, maka amal tersebut tertolak.
🔹 1. Ikhlas karena Allah (terbebas dari syirik)
Allah tidak menerima amal yang tercampur dengan kesyirikan, baik syirik besar maupun syirik kecil (syirik kecil tidak menjadikan murtad).
Allah ﷻ berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus...”
_(QS. Al-Bayyinah: 5)
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits qudsi alloh mengatakan :
«أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ»“Aku (Allah) adalah Dzat yang paling tidak butuh terhadap sekutu. Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang ia mempersekutukan selain-Ku dalam amal tersebut, maka Aku tinggalkan dia bersama sekutunya.”
_(HR. Muslim no. 2985)
Ini menunjukkan bahwa sebesar-besar perkara jahiliyah adalah syirik kepada Allah ﷻ, yaitu menyembah selain-Nya, baik dalam doa, penyembelihan, nadzar, atau bentuk ibadah lainnya.
🔹 2. Sesuai dengan Sunnah Rasulullah ﷺ (terbebas dari bid’ah)
Amal ibadah yang tidak sesuai dengan syariat, meskipun diniatkan dengan ikhlas, tidak akan diterima oleh Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ»“Barangsiapa mengada-adakan sesuatu dalam urusan (agama) kami ini yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak.”
_(HR. Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718)
Dalam riwayat lain beliau bersabda:
«مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ»“Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amal itu tertolak.”
_(HR. Muslim no. 1718)
Rasulullah ﷺ juga mengingatkan dalam khutbahnya:
«وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ»“Dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan, dan setiap bid’ah adalah kesesatan.”
_(HR. Muslim no. 867)
Maka jelaslah bahwa dua perkara terbesar dalam Jahiliyah adalah syirik dan bid’ah.
Syirik merusak syarat ikhlas (ibadah murni kepada alloh semata) dalam beramal.
Bid’ah merusak syarat ittiba’ (mengikuti tuntunan Rasulullah ﷺ).
Oleh karena itu, seorang muslim wajib menjaga amalnya agar murni untuk Allah dan sesuai sunnah Rasulullah ﷺ, karena hanya amal yang demikianlah yang diterima di sisi Allah ﷻ.
Tauhid Adalah Asas Ataupun Pokok Dari Ibadah Yang Lainnya
Syaikh -rahimahullah- memulai dengan masalah ini karena ia adalah masalah Jahiliyah yang paling berbahaya, dan inilah masalah yang pertama kali didakwahkan oleh Rasulullah ﷺ untuk diingkari dan agar manusia meninggalkannya. Rasulullah pertama kali memulai berdakwah sama persis seperti rasul-rasul yang lain dari para rasul dengan memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla semata dan meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya. Inilah pembuka dakwah para rasul, karena inilah pondasi dasar yang di atasnya dibangun perkara-perkara lainnya. Jika pondasi ini rusak, maka tidak ada manfaat dari perkara-perkara lainnya, tidak ada manfaat dari shalat, puasa, haji, sedekah, dan seluruh ibadah lainnya. Jika yang menjadi pokok ibadah rusak dan tauhid tidak ada, maka tidak ada faedah dari amal-amal lainnya karena kesyirikan merusak dan membatalkannya.
Berlebihan Mengagungkan Wali Dan Orang Shaleh Adalah Sebab Dari Membuka Pintu Kemusyrikan
Dan dahulu pada masa Jahiliyah, mereka menyembah Allah, tetapi juga menyembah banyak hal lainnya. Di antaranya adalah: menyembah para wali dan orang-orang shaleh, sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Nuh ketika mereka berlebihan (ghuluw) terhadap orang-orang shaleh (yaitu): Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr. Mereka menyembah kuburan mereka orang shaleh selain Allah Azza wa Jalla, dengan dalih bahwa mereka adalah orang-orang shaleh, bahwa mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah, dan bahwa mereka adalah pemberi syafaat di sisi Allah.
Demikianlah kebiasaan Jahiliyah yang berjalan menurut pola ini. Dahulu mereka menyembah para wali, orang-orang shaleh, dan malaikat. Mereka berkata: "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." Dan mereka berkata: "Mereka adalah pemberi syafaat kami di sisi Allah." Mereka tidak mengatakan: "Mereka adalah sekutu-sekutu Allah." Mereka hanya berkata: "Mereka hanyalah hamba-hamba Allah yang menjadi perantara untuk kami di sisi Allah, dan memberi syafaat untuk kami, serta mendekatkan kami kepada Allah."
Mereka tidak menamakan perbuatan mereka ini sebagai syirik, karena setan telah menghiasinya bagi mereka bahwa ini bukanlah syirik, melainkan hanyalah tawassul (perantaraan) dengan orang shaleh dan istisyfa' (mencari syafaat) dengan orang shaleh. Padahal, yang jadi patokan bukanlah nama-nama, yang jadi patokan adalah hakikat (substansi). Perbuatan ini adalah syirik, sekalipun mereka menamakannya sebagai mencari syafaat dan pendekatan diri. Ia tetaplah syirik, karena nama tidak mengubah hakikat. Dan Allah tidak ridha jika disekutukan dengan sesuatu apapun dalam ibadah kepada-Nya.
Sebagaimana firman-Nya:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا"Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya."
_(QS. Al-Kahfi: 110)
Dan Allah berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama."
_(QS. Al-Bayyinah: 5)
Dan berfirman:
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ"Karena itu, sembahlah Allah dengan ikhlas beragama kepada-Nya."
_(QS. Ghafir: 14)
Ibadah tidak bermanfaat kecuali jika disertai dengan keikhlasan dan mengikuti (ittiba') Rasulullah ﷺ.
Titik Sama Orang Jahiliyah Dan Jaman Sekarang Dan Berbagai Alasan Mereka Terhadap Perbuatannya
Maka inilah masalah Jahiliyah yang paling besar, yaitu menyembah para wali dan orang-orang shaleh, baik yang sudah mati maupun yang ghaib, meminta pertolongan (istighatsah) kepada mereka, mencari perlindungan (isti'adzah) dengan mereka, dan meminta hajat kepada mereka. Sebagaimana yang dilakukan para penyembah kubur pada hari ini persis sama.
Penyembahan kuburan sekarang, mendekatkan diri kepada orang-orang mati, berdoa kepada mereka selain Allah, dan meminta pertolongan kepada mereka, inilah yang dahulu dilakukan oleh ahli Jahiliyah, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ"Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) manfaat, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah."
_(QS. Yunus: 18)
Demikian pula hal yang sama sekarang. Para penyembah kubur (quburiyyun) ini, jika ditanya dan dihadapi tentang penyembahan kuburan, mereka berkata: "Kami tidak menyembah kuburan, karena penyembahan hanya untuk Allah, tetapi mereka (penghuni kubur) ini adalah perantara antara kami dan Allah, dan pemberi syafaat untuk kami di sisi-Nya."
Inilah persis sama dengan yang Allah ingkari dari ahli Jahiliyah, sebagaimana firman-Nya:
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ
"Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) manfaat." (QS. Yunus: 18)
Dan firman-Nya:
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ"Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya."
_(QS. Az-Zumar: 3)
Mereka menyembah orang-orang shaleh itu bukan karena meyakini bahwa mereka orang saleh ikut serta dengan Allah dalam mencipta, memberi rezeki, menghidupkan, dan mematikan, mereka mengakui bahwa semua itu adalah kekuasaan Allah. Mereka menyembah orang-orang shaleh itu hanya agar mereka mendekatkan diri mereka kepada Allah. Mereka berkata: "Kami adalah hamba-hamba yang banyak berdosa, sedangkan mereka adalah orang-orang shaleh yang memiliki kedudukan di sisi Allah. Kami ingin agar mereka menjadi perantara untuk kami di sisi Allah dalam menerima tobat dan ibadah kami."
Demikianlah setan dari kalangan jin dan manusia telah menghiasi perbuatan ini bagi mereka.
Sebagaimana firman-Nya:
وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَعْمَٰلَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ ٱلسَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَAku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.
_(An Naml 27:24)
Anehnya, mereka membaca Al-Qur'an dan melewati ayat-ayat ini tetapi tidak mengambil pelajaran darinya. Meskipun demikian, mereka terus menerus melakukan penyembahan kuburan, yang merupakan perbuatan Jahiliyah. Ini karena mereka tidak mengetahui apa yang dahulu dilakukan oleh ahli Jahiliyah, mereka tidak mengetahui bahwa ini termasuk perkara Jahiliyah. Ini adalah hasil dari kebodohan terhadap perkara-perkara Jahiliyah.
Kemudian Syaikh (penulis) -rahimahullah- berkata: "Dan inilah masalah paling besar yang Rasulullah ﷺ menyelisihi mereka (ahli jahiliyah) padanya. Maka beliau datang dengan (konsep) Al-Ikhlash (memurnikan ibadah kepada Allah), dan mengabarkan bahwa itulah agama Allah, yang mana Dia mengutus semua rasul karenanya, dan bahwa Dia tidak menerima amal kecuali yang murni (ikhlas) untuk-Nya. Dan beliau mengabarkan bahwa barangsiapa melakukan apa yang mereka (ahli jahiliyah) anggap baik, maka sungguh Allah telah mengharamkan Surga baginya dan tempat kembalinya adalah Neraka." Dan inilah masalah yang karenanya manusia terpisah menjadi muslim dan kafir, dan karenanya permusuhan terjadi, dan karenanya disyariatkan jihad. Allah Ta'ala berfirman:
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ"Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah (kesyirikan) dan agama itu hanya bagi Allah."
(QS. Al-Anfal: 39)
Dan apakah Allah Azza wa Jalla membutuhkan untuk diadakan perantara antara Dia dan hamba-Nya? Allah Jalla wa 'Ala Maha Dekat, Maha Mengabulkan, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Penyayang, dan Maha Menerima tobat dari hamba-hamba-Nya. Dia tidak memerintahkan kita untuk menjadikan perantara-perantara dalam berdoa, bahkan Dia memerintahkan kita untuk berdoa kepada-Nya secara langsung.
Dan Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
_(QS. Ghafir: 60)
Allah memerintahkan kita untuk berdoa kepada-Nya secara langsung, dan tidak memerintahkan kita untuk mengambil perantara-perantara antara kita dan Dia.
Tauhid Adalah Inti Dari Dakwah Para Rasul Dan Yang Pertama Kali Mereka Seru Kepada Umat
Dan inilah masalah paling besar yang mana Rasulullah ﷺ menyelisihi mereka (ahli jahiliyah) padanya, yaitu masalah syirik. Karena ketika Allah mengutus dan mengirimnya kepada manusia, hal pertama yang beliau mulai adalah dakwah kepada tauhidullah (mengesakan Allah) Azza wa Jalla dan mengingkari kesyirikan.
Dahulu beliau ﷺ bersabda:
«قُولُوا لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ تُفْلِحُوا»"Ucapkanlah Laa ilaaha illallaah, niscaya kalian akan beruntung."
_Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya (3/492), Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (2/492), Ath-Thabarani dalam Al-Kabir (10/582), Ad-Daraquthni dalam As-Sunan (3/538), Al-Baihaqi dalam Dala'il an-Nubuwwah (3/380), dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (3/472), no. 2375. Al-Hakim berkata: "Ini adalah hadits shahih sesuai syarat Muslim."
Dan beliau bersabda:
«أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ، فَإِذَا قَالُوهَا عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ»"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Jika mereka telah mengucapkannya, maka mereka telah melindungi darah dan harta mereka dariku."
_HR. Al-Bukhari (no. 25) dan Muslim (no. 21), dari Ibnu Umar.
Dahulu beliau ﷺ mendatangi mereka di perkumpulan-perkumpulan mereka, di rumah-rumah mereka, dan pada hari-hari musim haji. Beliau menyeru mereka kepada tauhid dan melarang dari syirik di sana-sini. Sebagaimana beliau pergi ke Thaif untuk menyeru mereka kepada tauhid dan mengesakan Allah Jalla wa 'Ala dalam beribadah, inilah hal pertama yang beliau mulai. Dan bahwa membawa dakwah kepada tauhid adalah perkara paling penting dalam dakwah mereka.
Maka sungguh beliau ﷺ telah datang dengan Al-Ikhlash (tauhid) , memurnikan ibadah hanya untuk Allah Azza wa Jalla, dan meninggalkan penyembahan kepada selain Allah dari para wali, orang-orang shaleh, atau yang lainnya. Inilah agama para rasul.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku."
_(QS. Al-Anbiya': 25)
Dan firman-Nya
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَDan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
_(An Nahl 16:36)
Maka dakwah seluruh rasul -'alaihimush shalatu was salam- adalah dakwah kepada penyembahan kepada Allah dan meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya. Sedangkan perbaikan-perbaikan lainnya dalam syariat datang mengikuti setelah itu.
Dan Allah Jalla wa 'Ala tidak menerima amal-amal kecuali yang ikhlas karena dzat-Nya, tidak ada kesyirikan di dalamnya. Dan juga, amal tersebut harus sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah tidak menerima amal yang di dalamnya terdapat bid'ah dan tidak menerima amal yang di dalamnya terdapat kesyirikan.
Allah Ta'ala berfirman:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا"Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya."
_(QS. Al-Kahfi: 110)
Allah Ta'ala berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun."
_(QS. An-Nisa': 36)
Makna Dari Kalimat La Ilaha Illallah Adalah Penafian Dan Penetapan
Allah tidak hanya memerintahkan untuk menyembah-Nya, tetapi juga melarang dari syirik; karena ibadah kepada Allah tidak diterima jika di dalamnya terdapat kesyirikan. Dan mengingkari Thaghut (sesembahan selain Allah) didahulukan sebelum beriman kepada Allah:
Sebagaimana firman-Nya:
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا"Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus."
_(QS. Al-Baqarah: 256)
Dan inilah makna Laa ilaaha illallaah. Ia terdiri dari peniadaan (nafy) dan penetapan (itsbat): meniadakan kesyirikan dan menetapkan tauhid. Laa ilaaha maknanya adalah membatalkan semua sesembahan selain Allah, illallaah makannya adalah menetapkan ibadah hanya untuk Allah saja.
Maka Allah tidak menerima amal-amal kecuali yang ikhlas karena dzat-Nya, dan tidak menerima amal yang di dalamnya terdapat bid'ah dan penyimpangan dari manhaj (ajaran) Rasulullah ﷺ.
Beliau bersabda:
«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ»"Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak."
_Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1718) dan Al-Bukhari secara mu'allaq dalam kitab Al-I'tisham, bab: "Jika seorang pekerja atau penguasa berijtihad lalu keliru, menyelisihi Rasul tanpa ilmu, maka hukumnya tertolak."
Dalam riwayat lain:
«مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ»"Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan darinya, maka ia tertolak."
_Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 2697) dan Muslim (no. 1718).
Oleh karena itu, para ulama berkata:
"Sesungguhnya amal tidak diterima kecuali dengan dua syarat:Syarat pertama: Ikhlas (murni) karena Allah Azza wa Jalla.
Syarat kedua: Mengikuti (Muttaba'ah) Rasulullah ﷺ."
Maka jika salah satu dari dua syarat ini tidak ada maka amalpun tidak akan di terima dan tidak di sebutkan amal saleh, sebagaimana pernah kita bahas sebelumnya di atas.
Bersikeras Memepertahankan Pendapat Hawa Nafsu Dalam Kesyirikan Walaupun Menyelisihi Al-quran Sebab Kekalnya Di Neraka
Dan Allah Jalla wa 'Ala mengabarkan bahwa barangsiapa menyembah apa yang dianggap baiknya berupa berhala-berhala, para wali, pepohonan, batu-batu, dan kuburan, serta tidak merujuk dalam ibadah kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya ﷺ, tetapi hanya bersandar pada anggapan baik (istihsan) atau pada hawa nafsunya meskipun bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, maka Allah Jalla wa 'Ala mengabarkan bahwa sungguh Allah telah mengharamkan Surga baginya dan tempat kembalinya adalah Neraka. Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ(QS. Al-Ma'idah: 72)"Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka."
Yakni, Allah menghalanginya dari masuk Surga selamanya. At-Tahrim dalam bahasa artinya adalah Al-Mani' (mencegah). Maka seorang musyrik tercegah dari masuk Surga untuk selamanya, tidak ada harapan baginya di dalamnya, dan tempat kembalinya adalah Neraka. Inilah akibat dari syirik kepada Allah Azza wa Jala, meskipun mereka berkata: "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." (QS. Az-Zumar: 3). Orang-orang ini, jika mati dalam keadaan demikian tanpa bertaubat, Allah haramkan Surga bagi mereka dan menjadikan Neraka sebagai tempat tinggal mereka yang kekal. Maka siapa yang menginginkan keselamatan untuk dirinya, hendaklah memperhatikan hal ini dan tidak tetap berada pada perkara-perkara Jahiliyah dalam hal ini dan lainnya.
Dan inilah masalah yang karenanya manusia terpisah menjadi muslim dan kafir", maksudnya adalah masalah tauhid dan syirik. Sekelompok orang membenarkan Rasulullah ﷺ, beriman kepadanya, dan mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah Azza wa Jala maka merekalah orang-orang beriman. Sedangkan segolongan yang lain menyelisihinya dan tetap dalam kesyirikan dan penyembahan (kepada selain Allah) serta apa yang dahulu dilakukan oleh nenek moyang mereka, sebagaimana keadaan ahli kekafiran yang merupakan inti masalah Jahiliyah.
Fanatik Buta Terhadap Ajaran Nenek Moyang Atau Siapapun Itu Walaupun Menyelisihi Al-quran Adalah Sebab Kesesatan Bahakan Kekufuran
Mereka menentang para rasul karena mereka ingin tetap berada pada apa yang dahulu dipegang oleh nenek moyang mereka.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ"Dan demikianlah, Kami tidak mengutus seorang pemberi peringatan pun sebelum engkau ke suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewahnya berkata, "Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka."
_(QS. Az-Zukhruf: 23)
Dan mereka berkata:
قَالُوا۟ يَٰصَٰلِحُ قَدْ كُنتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَٰذَآ ۖ أَتَنْهَىٰنَآ أَن نَّعْبُدَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِى شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُونَآ إِلَيْهِ مُرِيبٍKaum Tsamud berkata: "Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami".
_(Huud 11:62)
Inilah perkataan dan alasan mereka, yaitu berpegang teguh pada apa yang dipegang oleh bapak-bapak dan kakek-kakek mereka, berupa penyembahan kepada selain Allah Azza wa Jala walaupun menyelisihi syariat.
Tauhid Mewajibkan Konsep Al-wala Dan Al-bara Sebagaimana Milah Ibrahim Mencontohkan
Dan perkataan penulis -rahimahullah-: "Dan karenanya permusuhan terjadi", yakni antara orang-orang yang bertauhid dan orang-orang musyrik, antara orang-orang beriman dan orang-orang kafir. Maka wajib atas orang-orang beriman untuk memusuhi orang-orang kafir tidak membantu dalam kekufuran dan mendukungnya, tidak boleh mencintai orang-orang kafir meskipun mereka adalah orang terdekat bahkan keluarga sekalipun.
Allah Ta'ala berfirman:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهُ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ"Kamu tidak akan mendapat suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya."
_(QS. Al-Mujadilah: 22)
Maka sudah seharusnya seorang yang mengaku beriman ada loyalitas (wala') kepada Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman, serta berlepas diri (bara') dari kekafiran dan orang-orang kafir, dan dari kesyirikan dan orang-orang musyrik.
Sebagaimana firman-Nya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ أَمْلِكُ لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۖ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ(Al Mumtahanah 60:4) : Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali".
Dan firman-Nya
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ"Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya..." (QS. Al-Mumtahanah: 4).
Maka Inilah millah (agama) Ibrahim 'alaihis shalatu was salam.
Adapun orang-orang yang sekarang menyeru kepada dialog antar-agama bahkan mereka berunding dalam hal yang menyalahi syariat, dan saling memahami antar-agama, dan berkata bahwa semua agama adalah samawi semua agama itu sama (dari langit) mereka menanamkan konsep liberalisme dalam agama, bahkan sebagian mereka berani berkata: "Jangan mengkafirkan Yahudi dan Nasrani." Maka ini menyelisihi apa yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ, menyelisihi apa yang dibawa oleh Al-Qur'an, dan menyelisihi millah Ibrahim yang kita diperintahkan untuk mengikutinya:
Sebagimana firman-Nya
>۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَHai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
_(Al Ma'idah 5:51)
Dan Firman-Nya:
وَدُّوا۟ لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا۟ فَتَكُونُونَ سَوَآءً ۖ فَلَا تَتَّخِذُوا۟ مِنْهُمْ أَوْلِيَآءَ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَخُذُوهُمْ وَٱقْتُلُوهُمْ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ ۖ وَلَا تَتَّخِذُوا۟ مِنْهُمْ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا( : Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong,
_(An Nisa 4:89)
Dan firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْكَٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۚ أَتُرِيدُونَ أَن تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَٰنًا مُّبِينًاHai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?
(An Nisa 4:144)
Dan orang-orang ini (yang menyeru dialog) berkata: "Yahudi dan Nasrani adalah Ahli Kitab dan orang beriman, dan semua agama adalah dari Allah, kita saling berdamai di antara kita dan bekerja sama, dan jangan kalian kafirkan Yahudi dan Nasrani." Ini adalah dakwah yang sekarang ada, dan ia merupakan penghapusan konsep loyalitas dan berlepas diri (al-wala' wal bara') antara orang beriman dan orang kafir.
Setiap orang yang tidak beriman kepada Rasul Muhammad ﷺ, maka dia adalah kafir, baik dia Ahli Kitab maupun bukan, karena setelah diutusnya Rasulullah ﷺ, tidak ada kelonggaran bagi seorang pun kecuali harus beriman kepadanya. Barangsiapa yang tidak beriman kepadanya, maka dia kafir. Yahudi dan Nasrani tidak beriman kepada Rasulullah ﷺ, maka mereka adalah kafir.
Rasulullah ﷺ bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ"Demi (Allah) yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorang pun dari umat ini yang mendengar tentang aku, baik dia Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia mati dan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengannya, melainkan dia termasuk penghuni Neraka."
_(HR. Muslim no. 153)
Maka setelah diutusnya Nabi ﷺ, tidak ada kelonggaran bagi seorang pun untuk keluar dari millah (agama)-nya. Bahkan beliau 'alaihis shalatu was salam bersabda:
وَاللَّهِ لَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي"Demi Allah, seandainya Musa hidup, niscaya tidak ada kelonggaran baginya kecuali mengikutiku."
(HR. Ahmad no. 14970, dengan sanad hasan)
Maka setelah diutusnya Nabi ﷺ, tidak ada agama yang benar selain agama Islam dan fanatik dan bersikeras mempertahankan akidah adalah kewajiban seorang mukmin.
Allah Ta'ala berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ"Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi."
(QS. Ali 'Imran: 85)
Maka dakwah (dialog agama) ini dan saling bertoleransi dalam aqidah dan kekufuran, adalah sebuah kebatilan. Sekarang diadakan konferensi-konferensi dan lokakarya untuknya, dan dana dikucurkan untuk mendakwahkan pendekatan antar-agama -mereka menyebutnya- dialog antar-agama. Maha Suci Allah!
Tidak ada kata yang lebih pantas untuk di tanyakan kecual apakah ini Dialog antara iman dan kufur?! Antara syirik dan tauhid?! Antara musuh-musuh Allah dan wali-wali Allah?!
Maka coba kita pikirkan padahal alloh SWT berfirman
Al-Kafirun Makkiyah · 6 ayat
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ ١Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai orang-orang kafir,
لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ ٢
aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ ٣
Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah.
وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ ٤
Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ ٥
Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِين ٦
Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”
Dan firman-Nya:
وَدُّوا۟ لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَMaka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).
_(Al Qalam 68:9)
Tiga Kewajiban Muslim Terhadap Kafir
Kemudian Syaikh -rahimahullah- berkata: "Dan karenanya (menjaga aqudah) disyariatkan jihad.
Allah Ta'ala berfirman:"
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ"Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah (kesyirikan) dan agama itu hanya bagi Allah."
(QS. Al-Anfal: 39)
Maka kewajiban kita terhadap orang-orang kafir ada tiga perkara:
Perkara pertama: Memusuhi mereka; karena mereka adalah musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan musuh Rasul-Nya.
Perkara kedua: Menyeru mereka kepada iman dan mengikuti Rasulullah ﷺ. Ini adalah kewajiban atas kaum Muslimin.
Perkara ketiga: Berjihad melawan mereka jika mereka diajak kepada Islam tetapi menolak. Maka wajib berjihad dan memerangi mereka.
Maka tahapan terakhir dengan mereka adalah peperangan, jika kaum Muslimin mampu melaksanakannya.
Allah Ta'ala berfirman:
فَإِذَا انْسَلَخَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ"Apabila sudah habis bulan-bulan haram, maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di setiap tempat pengintaian."
(QS. At-Taubah: 5)
Ayat ini menjelaskan hikmah dari jihad dalam Islam, yaitu: menghilangkan kesyirikan, sampai tidak ada lagi fitnah. Yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah kesyirikan. Yakni sampai tidak ada lagi kesyirikan, dan agama seluruhnya hanya bagi Allah semata raja semua makhluk dan semesta . Inilah tujuan jihad, bukanlah tujuan jihad untuk mengukuhkan kekuasaan, menguasai kerajaan-kerajaan, dan mendapatkan kekayaan bahkan mengintimidasi dan genosida, bukan ini tujuannya. Tujuannya adalah meninggikan kalimat Allah Azza wa Jala dan menghilangkan kesyirikan dari muka bumi. Inilah tujuannya.
Demikian pula, tujuan jihad dalam Islam bukanlah sekedar defensif (bertahan), sebagaimana dikatakan oleh sebagian penulis yang menyelewengkan. Mereka berkata: "Sesungguhnya Islam tidak memerintahkan untuk memerangi orang-orang kafir karena itu adalah kebuasan. Akan tetapi, peperangan dalam Islam adalah untuk defensif." Maksudnya: Jika mereka menyerang kita, barulah kita memerangi mereka, hanya untuk menolak serangan saja.
Maha Suci Allah! Allah Jalla wa 'Ala berfirman:
فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ
"Maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui." (QS. At-Taubah: 5)
Maka bagaimana yang di lakukan Nabi dan sahabatnya Abu bakar, Umar dan yang lainnya ketika mereka sahabat nabi melakukan dakwah dan menyebarkan islam dengan pedangnya apakah ini kebuasan?. Tentunya tidak, karena perang dalam islam tidak bisa di samakan dengan penjajahan.
Dan firman-Nya:
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ
"Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah (kesyirikan) dan agama itu hanya bagi Allah."
(QS. Al-Anfal: 39)
Maka tujuan peperangan dalam Islam adalah: Menyebarkan dakwah, menyebarkan agama, dan menghilangkan kesyirikan.
Dua Jenis Jihad Dalam Islam, Jihad Defensive Dan Ofensif
Maka peperangan dalam Islam menjadi dua jenis, yaitu peperangan defensif (bertahan) yang terjadi ketika umat Islam berada dalam posisi lemah dan diserang, serta peperangan ofensif (menyerang) yang terjadi ketika kaum Muslimin kuat dan mampu melakukan serangan untuk menyebarkan ajaran Islam atau untuk membantu sesama Muslim yang tertindas, yang disebut juga sebagai jihad ofensif.
Jenis Peperangan dalam Islam
Peperangan Defensif (Bertahan)
Kapan Terjadi: Ketika umat Islam diserang, dianiaya, atau terancam untuk dipaksa meninggalkan agamanya.
Tujuan: Melindungi diri dari serangan musuh, menegakkan keadilan, dan menjaga kemuliaan agama bagi umat Islam.
Contoh: Peperangan Badar dan Uhud yang terjadi untuk mempertahankan diri dan umat Islam.
Peperangan Ofensif (Menyerang)
Kapan Terjadi: Ketika kaum Muslimin kuat dan memiliki kemampuan untuk menyerang, yang didasari oleh permintaan untuk membantu kaum Muslimin yang tertindas atau untuk menyebarkan ajaran Islam secara luas.
Firman-Nya:
قَٰتِلُوا۟ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَلَا بِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ ٱلْحَقِّ مِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ حَتَّىٰ يُعْطُوا۟ ٱلْجِزْيَةَ عَن يَدٍ وَهُمْ صَٰغِرُونَ(At Taubah 9:29) : Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.
Tujuan: Menyebarkan Islam, menguatkan perdamaian, dan memberikan pertolongan bagi umat Muslim yang membutuhkan.
Aspek Penting: Peperangan ini tetap memerlukan syarat dan aturan yang berlaku, dan tidak bisa disamakan dengan peperangan yang melanggar aspek syariat islam.
Kesimpulan
Keyakinan Kaum Jahiliyyah
Dalil-dalil dari Al-Qur’an
Dalil dari Hadits
Penjelasan Ulama
baca selanjutnya>>>

Komentar
Posting Komentar
Kritik dan saran silahkan lampirkan komentar anda