Mengenal Apa Yang Di Maksud Dengan Jahiliyah, Ahli Kitab, Dan Kaum Arab Yang Ummi Di Lengkapi Dengan Sejarah Serta Dalil
Daftar isi
Penjelasan Yang Di Maksud Dari Sifat Jahiliyah
Lalau Apa Yang Di Maksud Dengan Sifat-sifat Jahiliyah Itu?
· yang di maksud sifat Jahiliyah itu adalah perkara-perkara yang diingkari dan di benci (ditolak) oleh Rasulullah ﷺ yakni dari (ajaran) orang-orang Jahiliyah, baik dari kalangan Ahli Kitab maupun kaum Ummy (penyembah berhala).
Penjelasan Yang Di Maksud Dengan Ahli Kitab
· Yang dimaksud dengan Ahli Kitab adalah: Pemeluk kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani; karena orang Yahudi memiliki kitab Taurat yang diturunkan Allah kepada Musa 'alaihis salam, dan orang Nasrani memiliki kitab Injil yang diturunkan Allah kepada Isa putra Maryam 'alaihis shalatu was salam. Oleh karena itu, mereka disebut Ahli Kitab (Pemilik Kitab).
Sekarang, mereka menyebut Taurat sebagai: Perjanjian Lama (The Old Testament), atau: Kitab-Kitab Kuno (The Ancient Scriptures), dan mereka menyebut Injil sebagai: Kitab-Kitab Perjanjian Baru (The Books of The New Testament), ini menurut terminologi atau istilah mereka.
Padahal keduanya adalah dua kitab yang agung yang diturunkan oleh Allah kepada dua nabi yang mulia, yaitu: MUSA dan ISA 'alaihimas salam, terutama Taurat, sungguh ia adalah kitab yang agung. Dan Injil menyempurnakan serta membenarkannya. Oleh karena itulah mereka disebut Ahli Kitab; untuk membedakan mereka dengan orang lain yang tidak memiliki kitab.
Penjelasan Yang Di Maksud Dengan Al-ummiyyun
Lalu siapakah yang di maksud dengan al-ummiyyun?
Adapun Al-Ummiyyun (الأُمِّيِّين): Maka yang dimaksud adalah: Bangsa Arab yang tidak menganut salah satu dari dua agama (Yahudi atau Nasrani). Mereka disebut Al-Ummiyyin, jamak dari kata Ummi, yang dinisbatkan kepada Al-Ummi (bodoh). (Ummi adalah: orang yang tidak bisa membaca dan menulis). Karena pada umumnya mereka adalah kaum yang tidak bisa membaca dan menulis, dan mereka tidak memiliki kitab sebelum turunnya Al-Qur'an; oleh karena itu mereka disebut Al-Ummiyyin, sebagaimana penyebutan alloh Ta'ala terhadap kaum al-ummyyun dalam firman-Nya :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْArtinya: "Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf (Ummiyyin) dari kalangan mereka sendiri."
_(QS. Al-Jumu'ah: 2)
Dan sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَArtinya: "Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca sesuatu kitab sebelum (Al-Qur'an) dan tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya.
_(QS. Al-'Ankabut: 48)
Dan firman Allah Ta'ala:
لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَArtinya: "Agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang belum pernah datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum engkau, agar mereka mendapat petunjuk.
_(QS. Al-Qasas: 46)
Maka inilah makna Al-Ummiyyin. Dan Allah mensifati Nabi-Nya ﷺ dengan sebutan Ummi (yang buta huruf), Allah Ta'ala berfirman:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِArtinya: "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi (yang tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar."
_(QS. Al-A'raf: 157)
Maka sifat beliau sebagai seorang yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis, namun datang membawa kitab yang agung (Al-Qur'an) ini adalah bukti kebenaran risalahnya dan hal itu merupakan mukjizat baginya.
Jadi, bangsa Arab adalah kaum yang ummi (buta huruf), dan Nabi ﷺ juga ummi (tidak bisa baca tulis) hikmahnya nabi ummi, supaya al-quran tidak di sangkakan karangan nabi.
Yang Di Maksud Dengan Al-jahiliyah
Adapun Al-Jahiliyah (الجَاهِلِيَّة), maka yang dimaksud adalah penisbatan kepada Al-Jahl (kebodohan). Al-Jahl adalah ketiadaan ilmu. Dan Al-Jahiliyah adalah masa di mana tidak ada rasul dan tidak ada kitab di dalamnya yang di namakan masa fatrah. Maka Yang dimaksud adalah: masa sebelum diutusnya Nabi ﷺ. Allah Ta'ala berfirman:
وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰArtinya: "Dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu."
_(QS. Al-Ahzab: 33)
Yakni yang di maksud ayat ini adalah: Jahiliyah yang (ada) sebelum diutusnya Nabi ﷺ. Sebab, sebelum diutusnya Nabi ﷺ, seluruh dunia tenggelam dalam kesesatan, kekafiran, dan penyimpangan, karena risalah-risalah sebelumnya telah hilang. Orang-orang Yahudi telah mengubah kitab mereka, Taurat, dan memasukkan ke dalamnya banyak kekafiran, kesesatan, dan hal-hal keji yang mereka masukkan ke dalam Taurat.
Demikian pula orang-orang Nasrani telah mengubah kitab mereka, Injil, dari keadaan aslinya ketika diturunkan kepada isa Al-Masih 'alaihis shalatu was salam.
Kenapa itu bisa terjadi?. Hal itu terjadi ketika seorang laki-laki yang disebut Bulus atau Saul -dia adalah seorang Yahudi yang pendendam terhadap Rasulullah Isa 'alaihis salam-. Laki-laki ini kemudian menggunakan tipu daya dan kecurangan untuk merusak agama Al-Masih 'alaihis salam, di mana dia pura-pura beriman kepada Al-Masih (jaman Rosul disebut munafiqin) , dan mengaku menyesal atas permusuhannya terhadap Al-Masih sebelumnya. Orang-orang Nasrani pun mempercayai apa yang dikatakannya.
Kemudian, dia mengambil Injil yang diturunkan Allah kepada Isa dan memasukkannya ke dalamnya hal-hal yang bersifat paganisme (kepenyembahan berhala), kesyirikan, dan kekafiran. Dia memasukkannya ke dalamnya keyakinan At-Tatslits (Trinitas), yaitu bahwa Tuhan itu tiga (trinitas), dan bahwa Isa adalah anak Tuhan, atau bahwa dia adalah Tuhan. Dia juga memasukkannya perintah untuk menyembah salib, serta memasukkan berbagai kekafiran yang keji.
Mereka (orang-orang Nasrani) membenarkannya dalam hal itu dengan anggapan bahwa dia adalah seorang alim dan seorang mukmin. Mereka menjulukinya Rasulul Masih (Utusannya Al-Masih) -menurut klaim mereka-, padahal tujuannya adalah untuk merusak agama Al-Masih. Dan dia berhasil mencapai apa yang dia inginkan; dia telah merusak agama Al-Masih dan memasukkannya ke dalamnya paganisme dan trinitas, serta keyakinan bahwa Isa adalah anak Tuhan atau bahwa Tuhan itu tiga. Dia juga memasukkan banyak paganisme ke dalamnya, lalu mereka pun mengikutinya dalam hal itu.
Inilah keadaan Ahli Kitab sebelum diutusnya Nabi ﷺ. (Sebagian) mereka berada di atas agama yang benar, tetapi mayoritas mereka berada dalam kekafiran dan penyimpangan dari agama Allah.
Catatan
Syaikh Taqiyuddin (Ibnu Taimiyyah) berkata: "Mereka (pengikut agama yang benar dari Ahli Kitab) telah punah sebelum diutusnya (Nabi) Muhammad."
Posisi Keyakinan Bangsa Arab Sebelum Di Utusnya Nabi
Adapun bangsa Arab, mereka terbagi menjadi dua bagian:
1. Sebagian mengikuti agama-agama sebelumnya, seperti Yahudi, Nasrani, dan Majusi.
2. Sebagian lagi berada di atas Al-Hanifiyyah (agaya yang lurus), yaitu agama Ibrahim dan Ismail, khususnya di Hijaz, di tanah Mekah al-Mukarramah.
Hingga kemudian muncul di antara mereka seorang laki-laki yang disebut 'Amr bin Luhay al-Khuza'i. Dahulu dia adalah seorang raja di Hijaz dan terlihat zuhud, rajin beribadah, serta shaleh. Dia pergi ke Syam untuk berobat, lalu mendapati penduduk Syam menyembah berhala. Dia menganggap baik perbuatan itu dan pulang dari Syam membawa berhala-berhala bersamanya.
Dia menggali berhala-berhala yang terkubur di dalam tanah peninggalan kaum Nuh, seperti Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr, dan lain-lainnya. Banjir besar (topan) zaman Nuh telah menghancurkan dan mengubur berhala-berhala tersebut. Lalu setan datang dan menunjukkan kepadanya lokasi-lokasinya. Dia pun menggali dan mengeluarkannya, lalu membagikannya kepada kabilah-kabilah Arab dan memerintahkan untuk menyembahnya. Mereka pun menerima hal itu darinya.
Dengan peristiwa itu, kesyirikan masuk ke tanah Hijaz dan negeri-negeri Arab lainnya. Agama Ibrahim 'alaihis shalatu was salam pun berubah. Dia juga melepas hewan ternak (As-Sawa'ib) sebagai persembahan untuk berhala-berhala. Oleh karena itu, Nabi ﷺ melihatnya (kelak di akhirat) sedang menyeret usus-ususnya di dalam neraka. Sebagai telah tsabit (valid) dari Rasulullah ﷺ hal tersebut, beliau bersabda:
رَأَيْتُ عَمْرَو بْنَ عَامِرِ بْنِ لُحَيٍّ الْخُزَاعِيَّ يَجُرُّ قَصَبَهُ فِي النَّارِ، وَكَانَ أَوَّلَ مَنْ سَيَّبَ السَّوَائِبَ"Aku melihat 'Amr bin 'Amir bin Luhay al-Khuza'i menyeret ususnya di dalam neraka, dan dialah orang pertama yang melepas hewan Sawa'ib (untuk berhala)."
_Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 3521) dan Muslim (no. 2856).
Maka keadaan dunia sebelum diutusnya Nabi ﷺ berada dalam kesesatan yang nyata, baik Ahli Kitab, kaum Ummiyyin, maupun lainnya( seluruh penduduk bumi) , kecuali sisa-sisa yang sedikit dari Ahli Kitab yang masih berada di atas agama yang benar. Namun, mereka punah sebelum diutusnya Nabi ﷺ. Maka kegelapan yang pekat pun menyelimuti bumi.
Terdapat keterangan dalam hadits: "Sesungguhnya Allah melihat penduduk bumi, lalu Dia memarahi mereka (مقتهم)", yakni membenci mereka, baik Arab maupun non-Arab, kecuali sisa-sisa yang sedikit dari Ahli Kitab.
Di Utusnya Nabi Muhammad Menjadi Penerang Bagi Kegelapan Jahiliyah
Dalam kegelapan yang pekat ini, dan dalam Jahiliyah yang telah mengakar kuat ini, serta dengan sirnanya jalan-jalan (kebenaran) dan hilangnya bekas-bekas risalah samawi, Allah mengutus Nabi-Nya Muhammad ﷺ, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan (kesyirikan dan kebodohan) menuju cahaya (iman dan ilmu), sebagaimana firman Allah Ta'ala:
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍArtinya: "Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Dia) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (As-Sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata."
_(QS. Ali 'Imran: 164)
Yang di maksud dari kata "Dan meskipun sebelumnya mereka dst.." Dalam ayat ini : yakni sebelum diutusnya beliau ﷺ.
Dan Al-Jahiliyah -sebagaimana telah di katakan di atas sebelumnya- dinisbatkan kepada Al-Jahl (kebodohan), yaitu ketiadaan ilmu. Maka setiap perkara yang dinisbatkan kepada Jahiliyah maka ia tercela. Oleh karena itu alloh SWT berfirman:
وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰArtinya: "Dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu."
_(QS. Al-Ahzab: 33)
Allah melarang istri-istri Nabi ﷺ dari At-Tabarruj (berhias dan bertingkah laku untuk dilihat laki-laki bukan mahram), yaitu menampakkan perhiasan di pasar-pasar dan di hadapan orang banyak; karena wanita-wanita Jahiliyah dahulu bertabarruj, bahkan sampai menampakkan aurat mereka, seperti dalam thawaf menurut (keyakinan) mereka. Mereka menganggap hal ini termasuk hal yang dibanggakan.
Dan Allah Ta'ala berfirman:
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِArtinya: "Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (dengan) kesombongan jahiliyah."
_(QS. Al-Fath: 26)
Ayat Ini termasuk bentuk celaan terhadap orang kafir yang menanamkan sifat-sifat jahiliyah. Yakni fanatisme (hamiyyah) Jahiliyah itu tercela.
Dan ketika Nabi ﷺ mendengar seorang laki-laki dari Anshar terjadi perselisihan antara dia dan seorang laki-laki dari Muhajirin dalam salah satu peperangan, terjadi perkelahian dan perselisihan. Lalu orang Anshar itu berkata: "Wahai kaum Anshar!" dan orang Muhajirin itu berkata: "Wahai kaum Muhajirin!"; masing-masing dari mereka menyeru kaumnya. Maka Nabi ﷺ bersabda:
أَبِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟! دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ"Apakah (kalian menyeru) dengan seruan-seruan Jahiliyah sedangkan aku masih ada di tengah-tengah kalian?! Tinggalkanlah hal itu karena sungguh ia adalah busuk." (1)
_Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 2018, 4900, 4907, 4905) dan Muslim (no. 2588).
Maksud hadis ini yakni berseru dengan nama kabilah atau suku ataupun golongan tertentu itu termasuk sifat jahiliyah, karena orang-orang beriman itu seluruhnya adalah bersaudara, tidak ada perbedaan antara Anshar dan Muhajirin, maupun antara kabilah ini dan itu. Mereka bersaudara dalam iman, seperti satu tubuh, dan bagaikan bangunan yang saling menguatkan sebagiannya dengan sebagian yang lain.
Inilah kewajiban atas kaum Muslimin, bahwa mereka tidak membedakan antara Arab dan non-Arab, hitam dan putih, kecuali dengan ketakwaan, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْArtinya: "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa."
_(QS. Al-Hujurat: 13)
Dan firman alloh :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ"Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."
_(QS. Al-Hujurat: 10)
Penjelasan Konteks: Ayat ini turun berkenaan dengan perselisihan antara dua suku kaum Anshar,yaitu Bani Haritsah dan Bani Aus, yang hampir saja berperang. Ayat ini menegaskan prinsip fundamental dalam Islam bahwa ikatan persaudaraan iman (ukhuwah imaniyah) mengalahkan segala ikatan kesukuan, ras, atau golongan (ashabiyah jahiliyah). Perintah untuk mendamaikan dan bertakwa menjadi kunci untuk menjaga persatuan dan meraih rahmat Allah.
Maka Berbangga-bangga dengan sebab-sebab keduniaan dan fanatik kesukuan adalah termasuk perkara Jahiliyah.
Dan beliau (Nabi ﷺ) bersabda:
مَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً"Barangsiapa mati dan di pundaknya tidak ada bai'ah (ikatan janji setia kepada penguasa muslim), maka dia mati dalam keadaan mati jahiliyah."
_(HR. Muslim no. 1980)
Mengapa di katakan mati seperti halnya mati jahiliyah karena ahli jahiliyah adalah ahli kekacauan, orang-orang yang tidak tunduk kepada penguasa maupun pemimpin. Inilah keadaan jahiliyah.
Maka barang siapa yang tidak taat terhadap kepemimpinan islam yang sah lalau dia mati maka matinya tidak beda seperti orang jahiliyah
Kesimpulannya: bahwa semua perkara jahiliyah itu tercela, dan kita dilarang menyerupai ahli jahiliyah dalam segala hal. Masa jahiliyah telah berakhir dengan diutusnya Nabi ﷺ. Maka setelah diutusnya beliau, jahiliyah yang umum (menyeluruh) telah hilang, dan datanglah ilmu dan iman, serta turunlah Al-Qur'an dan As-Sunnah. Syari'at ilmu pun datang dan kebodohan pun hilang.
Selama Al-Qur'an masih ada, Sunnah Nabawiyyah masih ada, dan perkataan para ulama masih ada, maka tidak ada jahiliyah pada saat itu -maksudnya jahiliyah yang umum (menyeluruh)-. Adapun bahwa sisa-sisa jahiliyah tetap ada pada sebagian orang, atau pada sebagian kabilah, atau pada sebagian negeri, maka jahiliyah juz'i (sebagian/parsial) itu tetap ada.
Oleh karena itu, ketika Nabi ﷺ mendengar seorang laki-laki mencela orang lain dengan ucapannya: "Wahai anak si wanita hitam!", maka beliau bersabda kepadanya:
أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ؟ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ"Apakah kamu mencacinya karena ibunya? Sesungguhnya pada dirimu terdapat sifat jahiliyah!"
(HR. Muslim no. 1661, dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu)
Dan beliau ﷺ bersabda:
أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ بِالْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ"Ada empat perkara pada umatku dari perkara-perkara jahiliyah yang tidak mereka tinggalkan: Membanggakan keturunan, mencela keturunan (orang lain), meminta hujan dengan bintang-bintang, dan meratapi mayit (An-Niyāhah)."
_Diriwayatkan oleh Al-Bukhari secara ringkas (no. 2850) dan Muslim dengan lafal miliknya (no. 934).
Mencela keturunan (orang lain), membanggakan keturunan sendiri, meratapi mayit, dan meminta hujan dengan (petunjuk) bintang-bintang, maka hal ini menunjukkan bahwa tetap ada sisa-sisa perkara Jahiliyah pada sebagian orang, dan hal itu tercela. Akan tetapi, pelakunya tidak sampai kafir karenanya. Namun, Jahiliyah yang umum (menyeluruh) telah hilang, dan untuk itu segala puji bagi Allah.
Oleh karena itu, tidak boleh dikatakan: "Manusia berada dalam Jahiliyah", atau: "Dunia berada dalam Jahiliyah"; karena pernyataan ini merupakan pengingkaran terhadap keberadaan risalah (kerasulan Muhammad), dan pengingkaran terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah. Penggunaan istilah secara mutlak seperti ini tidak diperbolehkan. Adapun jika dikatakan: "Pada sebagian orang terdapat sifat jahiliyah", atau: "Pada diri sebagian individu terdapat sifat jahiliyah", atau: "Terdapat beberapa karakter dari karakter-karakter Jahiliyah", maka ini memang ada. Jadi, terdapat perbedaan antara yang jahiliyah sebelum diutusnya Nabi ﷺ dan jahiliyah yang ada setelahnya.
Urgensi Memahami Dan Mengkaji Sifat-sifat Jahiliyah
Mungkin sebagian orang berkata: "Apa urgensi menyebutkan masalah-masalah Jahiliyah, bukankah masa Jahiliyah telah berakhir? Buakankah Kita adalah muslim?, dan untuk itu segala puji bagi Allah."
Kami katakan: Urgensinya adalah: untuk berhati-hati darinya. Karena jika seorang penuntut ilmu mengetahuinya, maka dia akan berhati-hati darinya. Adapun jika dia tidak mengetahuinya dan tidak memahaminya, maka dia bisa terjerumus ke dalamnya. Jadi, menyebutkannya dan mempelajarinya adalah agar ia keburukan itu dikenal sehingga bisa dihindari, dan agar waspada terhadapnya. Sebagaimana penyair berkata:
عَرَفْتُالشَّرَّ لا لِلشَّرِّ لَكِنْ لِتَوَقِّيهِ # وَمَنْ لاَ يَعْرِفِ الشَّرَّ مِنَ النَّاسِ يَقَعُ فِيهِArtinya :
Aku mengenal kejahatan bukan untuk melakukan kejahatan, tetapi untuk menghindarinya #
#Dan barangsiapa yang tidak mengenal kejahatan,maka ia akan terjatuh ke dalamnya
Ini dari satu sisi. Dan dari sisi lainnya, bahwa jika kamu mengenal Jahiliyah, maka kamu akan mengenal keindahan Islam. Sebagaimana penyair berkata:
بِضِدِّهَا تَتَبَيَّنُ الأَشْيَاءُ##Sisi berlawanan justru menjelaskan segala sesuatu
Dan Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu 'anhu berkata:
"Hampir saja ikatan-ikatan Islam terlepas satu persatu, jika tumbuh dalam Islam orang yang tidak mengenal Jahiliyah."
Maka jika seseorang tidak mengetahui perkara-perkara Jahiliyah, sangat mungkin ia terjerumus ke dalamnya; karena setan tidak pernah lupa atau tidur darinya, ia terus mengajak kepada Jahiliyah.
Setan dan para pengikutnya dari penyeru kesesatan tidak henti-hentinya menyeru kepada Jahiliyah, dan kepada menghidupkan perkara-perkara Jahiliyah, kepada kesyirikan dan bid'ah, kepada khurafat, dan kepada menghidupkan (jejak-jejak) peninggalan (Jahiliyah). Semua ini tujuannya adalah: untuk mengaburkan Islam, dan mengembalikan manusia kepada Jahiliyah. Maka wajib mempelajari perkara-perkara Jahiliyah agar kita dapat menjauhinya dan meninggalkannya.
Syaikh penulis berkata: "Dan sebesar-besar masalah Jahiliyah dan yang paling berbahaya adalah: tidak beriman kepada apa yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ, karena ahli Jahiliyah mendustakan Rasul dan tidak beriman kepadanya, serta tidak menerima petunjuk Allah yang beliau bawa."
Beliau (Syaikh) Rahimahullah berkata: "Jika ditambah dengan keyakinan bahwa apa yang ada pada ahli Jahiliyah itu baik, maka sempurnalah kerugian", yakni terjadi kerusakan pada zhahir (tamapak luar) dan batin (tampak dalam) , kerusakan pada batin yaitu tidak beriman kepada apa yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ, dan kerusakan pada zhahir yaitu menganggap baik perkara-perkara Jahiliyah.
Maka jika rusak zhahir dan batin, sempurnalah kerugian -kita berlindung kepada Allah-. Ini adalah hasil dari kebodohan dan tidak mengetahui perkara-perkara Jahiliyah.
Maka tidak boleh menganggap baik apa yang ada pada ahli Jahiliyah, bahkan wajib mengingkarinya dan membencinya. Adapun orang yang menganggapnya baik, maka dia termasuk ahli Jahiliyah.
Syaikh berdalil dengan firman Allah Ta'ala:
وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ"Dan orang-orang yang beriman kepada yang batil dan kafir kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi."
_(QS. Al-'Ankabut: 52)
Kata "Āmanū bil-bāthil" (beriman kepada yang batil) berarti: mereka membenarkan kebatilan. Kebatilan adalah lawan dari kebenaran (Al-Haq). Maka segala yang menyelisihi kebenaran adalah batil. Kebatilan adalah sesuatu yang sia-sia dan lenyap, yang tidak ada manfaat padanya. Allah Ta'ala berfirman:
فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّىٰ تُصْرَفُونَ"Maka tidak ada setelah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?"
(QS. Yunus: 32)
Kesimpulan Dari Awal Sampai Akhir
Berikut adalah rangkuman menyeluruh dari semua pembahasan yang telah disampaikan, mulai dari Muqaddimah, dan bab pertama hingga terakhir dari Muqaddimah.
1. Pengantar dan Latar Belakang
· Kitab "Masail al-Jahiliyah" berisi 128 masalah yang dirangkum Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dari Al-Qur'an, As-Sunnah, dan pendapat ulama.
· Tujuan: Memperingatkan umat Islam agar menjauhi semua bentuk pemikiran, keyakinan, dan perilaku Jahiliyah karena sangat berbahaya.
· Istilah "Jahiliyah" merujuk pada masa dan kondisi sebelum diutusnya Nabi Muhammad ﷺ, yang ditandai dengan kebodohan (al-jahl), yaitu ketiadaan ilmu dan petunjuk Ilahi.
2. Definisi dan Cakupan "Jahiliyah"
· Ahli Kitab (Yahudi & Nasrani): Awalnya memiliki kitab suci (Taurat & Injil) tetapi kemudian mengubah, menyelewengkan, dan memalsukannya. Contoh: Doktrin Trinitas, penyembahan salib, dan keyakinan bahwa Isa adalah Tuhan atau anak Tuhan dimasukkan oleh Paulus (Bulus/Saulus).
· Al-Ummiyyun (Arab Penyembah Berhala): Kaum yang buta huruf dan tidak memiliki kitab suci sebelum Al-Qur'an. Penyembahan berhala di Arabia diperkenalkan oleh 'Amr bin Luhay al-Khuza'i yang membawa praktik syirik dari Syam.
· Kondisi Dunia: Secara keseluruhan, dunia sebelum Islam berada dalam kegelapan, kesesatan, kekafiran, dan penyimpangan yang nyata, kecuali sisa-sisa very little yang masih berpegang pada agama yang benar dari Ahli Kitab, yang punah sebelum diutusnya Nabi ﷺ.
3. Ciri-Ciri dan Contoh Perilaku Jahiliyah
· Kesyirikan: Menyekutukan Allah, menyembah berhala, dan percaya pada takhayul.
· Fanatik Kesukuan (Al-'Ashabiyyah): Membanggakan keturunan, fanatik golongan, dan berseru atas nama kabilah (seperti seruan "Wahai kaum Anshar!" atau "Wahai kaum Muhajirin!"), kalau di jaman sekarang bisa di contohkan wahai NU wahai persis wahai muhammadiyyah sehingga mereka lupa akan tujuannya di utus nabi dam sebagai pemegang tonggak penerus estafet perjuangan nabi.
· Perilaku Tercela:
· At-Tabarruj: Wanita yang berhias dan menampakkan aurat di depan publik.
· An-Niyāḥah: Meratapi mayat dengan berlebihan.
· Al-Hamiyyah: Fanatisme buta dan kesombongan jahiliyah.
· Tidak Taat kepada Penguasa Muslim: Meninggal tanpa bai'ah (ikatan janji setia kepada pemimpin kaum Muslimin) sama dengan mati seperti halnya jahiliyah.
4. Berakhirnya Jahiliyah dan Jenis Jahiliyah Modern
· Jahiliyah Umum (Al-'Ammah): Masa kegelapan menyeluruh secara resmi berakhir dengan diutusnya Nabi Muhammad ﷺ. Kedatangan Islam dengan Al-Qur'an dan Sunnah telah menerangi dunia.
· Jahiliyah Parsial (Al-Juz'iyyah): Sisa-sisa pemikiran, keyakinan, dan perilaku jahiliyah masih ada pada sebagian individu, kelompok, atau komunitas. Inilah yang harus terus diwaspadai dan diperangi.
· Larangan Keras: Tidak boleh mengatakan bahwa seluruh dunia saat ini berada dalam "jahiliyah" karena itu berarti mengingkari keberadaan Islam, Al-Qur'an, dan Sunnah. Yang benar adalah mengatakan bahwa sifat-sifat jahiliyah masih ada pada sebagian orang.
5. Urgensi Mempelajari Masalah Jahiliyah
· Untuk Waspada (Tawaqquf): Mengenal kejahatan bukan untuk dilakukan, tetapi untuk dihindari. "Siapa yang tidak mengenal kejahatan, bisa terjatuh ke dalamnya."
· Mengenal Keindahan Islam (Ma'rifat Fadhl al-Islām): Dengan mengetahui keburukan Jahiliyah, kita akan semakin menghargai kebenaran dan keindahan Islam. "Sesuatu dikenal justru dengan mengetahui lawannya."
· Menjaga Kemurnian Islam: Setan dan para pengikutnya terus berusaha menghidupkan kembali nilai-nilai jahiliyah, kesyirikan, bid'ah, dan khurafat. Mempelajarinya adalah benteng untuk mempertahankan akidah yang sahih.
6. Kesimpulan Utama dan Peringatan
· Pokok Terbesar Jahiliyah adalah tidak beriman kepada apa yang dibawa Rasulullah ﷺ.
· Puncak Kerugian terjadi ketika seseorang tidak hanya melakukan kesyirikan dan kebid'ahan, tetapi juga menganggapnya sebagai sesuatu yang baik (istihsan). Ini merusak batin (keyakinan) dan zhahir (perbuatan).
· Orang yang Beriman kepada Kebatilan dan Kufur kepada Allah adalah orang-orang yang paling merugi (QS. Al-'Ankabut: 52).
Kesimpulan Akhir: Mempelajari "Masail al-Jahiliyah" bukan sekadar pelajaran sejarah, tetapi merupakan upaya preventif untuk membersihkan akidah, ibadah, dan perilaku umat Islam dari segala noda pemikiran dan praktik yang menyimpang, baik yang lama maupun yang baru muncul (modern), sehingga tetap berpegang teguh pada kemurnian Islam yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ.
📌lanjutkan baca>>>


Komentar
Posting Komentar
Kritik dan saran silahkan lampirkan komentar anda