Perdagangan Nabi Muhammad ﷺ Bersama Khadijah: Awal Kisah Cinta dan Amanah Dan Perjalanan Kedua Beliau Ke Syam
![]() |
| Ilustrasi unta kafilah dagang nabi |
Pendahuluan
Sebelum menjadi Nabi, Muhammad ﷺ dikenal sebagai seorang pedagang yang jujur dan terpercaya. Kepribadiannya yang mulia menjadi sebab utama beliau mendapatkan kepercayaan dari banyak kalangan, termasuk seorang saudagar wanita Quraisy yang terkemuka: Khadijah binti Khuwailid raḍiyallāhu ‘anhā. Kisah ini bukan hanya tentang perdagangan, tapi juga awal dari ikatan cinta dan rumah tangga yang penuh berkah.
1. Nabi Muhammad ﷺ Berdagang Bersama As-Sā’ib
Saat berusia 25 tahun, Rasulullah ﷺ telah banyak dikenal oleh penduduk Makkah karena kejujuran, amanah, dan akhlaknya. Beliau sempat bermitra dalam perdagangan bersama seorang Quraisy bernama As-Sā’ib bin Abī As-Sā’ib al-Makhzūmī. As-Sā’ib sendiri kemudian mengenang Nabi ﷺ sebagai:
“خير شريك، لا يداري ولا يماري” “Sebaik-baik rekan dagang. Ia tidak menipu dan tidak membantah.”
Inilah yang menjadi nilai istimewa Rasulullah ﷺ dalam dunia bisnis: jujur, adil, tidak curang, dan tidak mengambil keuntungan secara zalim. Ciri inilah yang membuat beliau berbeda dari para pedagang lainnya di pasar Makkah.
2. Khadijah Mendengar Kejujuran Muhammad ﷺ
Khadijah binti Khuwailid adalah wanita Quraisy yang bangsawan, kaya raya, dan cerdas. Ia biasa menyewa laki-laki untuk membawa barang dagangannya ke luar kota, dan hasilnya dibagi antara mereka. Setelah mendengar kabar tentang kejujuran, amanah, dan kemuliaan akhlak Nabi ﷺ, ia pun tertarik untuk menjalin kerja sama dagang dengan beliau.
“فلما بلغها عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ما بلغها من صدق حديثه، وعظم أمانته وكرم أخلاقه بعثت إليه” “Ketika sampai kepadanya kabar tentang kejujuran Rasulullah ﷺ, besar amanahnya, dan mulianya akhlak beliau, maka Khadijah mengutus utusan kepada beliau.”
Khadijah menawarkan modal dagang dan memberikan keuntungan yang lebih besar daripada pedagang lainnya. Ia juga mengutus seorang pembantunya yang bernama Maisarah untuk menemani perjalanan dagang Nabi ke Syam.
3. Perjalanan Dagang ke Syam
Rasulullah ﷺ menerima tawaran itu. Maka berangkatlah beliau ke Syam bersama Maisarah, membawa barang dagangan milik Khadijah. Setibanya di Syam, beliau menjual barang dagangan tersebut dengan hasil yang sangat baik dan membeli barang-barang baru untuk dibawa pulang.
“فخرج في مالها ذلك، وخرج معه غلامها ميسرة حتى قدما الشام، وباع محمد صلى الله عليه وسلم سلعته، واشترى ما أراد”
Maisarah menyaksikan kejujuran, keramahan, dan kemuliaan akhlak Rasulullah ﷺ selama perjalanan. Bahkan ada banyak tanda-tanda keistimewaan yang membuat Maisarah kagum dan menceritakan semuanya kepada Khadijah setibanya mereka di Makkah.
4. Keuntungan yang Dilipatgandakan
Setelah kembali ke Makkah, Khadijah menjual kembali barang-barang yang dibawa Nabi ﷺ dan mendapati keuntungan yang berlipat ganda. Ini membuktikan bahwa bukan hanya akhlak, tapi juga kemampuan dagang Rasulullah ﷺ sangat hebat, bahkan sebelum masa kenabian.
“فلما رجع إلى مكة وباعت السيدة خديجة ما أحضره لها تضاعف” “Ketika kembali ke Makkah dan Khadijah menjual barang yang beliau bawa, keuntungan yang diperoleh pun berlipat.”
Kejujuran, keberhasilan dalam berdagang, dan akhlak mulia Nabi ﷺ inilah yang membuat Khadijah semakin tertarik, hingga akhirnya beliau melamar Rasulullah ﷺ untuk menjadi suaminya.
Referensi
- Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyyah, Jilid 1
- Ibnu Katsir, Al-Bidāyah wa an-Nihāyah, 2/275
- Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Raheeq al-Makhtum
- Teks Arab Kitab Sirah (kitab kuning klasik)
Penutup
Kisah perdagangan Nabi Muhammad ﷺ bersama Khadijah mengajarkan kita pentingnya kejujuran dalam usaha. Sebelum menerima wahyu, beliau telah menjadi teladan dalam hal amanah, integritas, dan kerja keras. Inilah yang menjadi modal utama dalam membangun kepercayaan dan hubungan yang diberkahi oleh Allah ﷻ.

Komentar
Posting Komentar
Kritik dan saran silahkan lampirkan komentar anda